KEHIDUPAN KEKASIH KU
‘’Penjelajahan
di mulai pasukan bubar , semuanya
laksanakan ...’’ aba-aba para senior ,mendengar itu pun seluruh remaja
yang mengikuti kegiatan camp tahunan itu pun langsung menyebar di seluruh kota
.seperti biasa kegiatan ini di ikuti oleh remaja 14 tahun hingga 17 tahun
,kegiatan tahunan yang melibatkan seluruh anak di kota ini ,sebut saja kota
edlewise dimana seluruh warganya selalu antusias menyaksikan aksi para anak
muda dengan semangatnya yang membara berebut untuk mendapatkan piala campy
.kegiatan di awali sejak jam tujuh pagi hingga selesai . karna bendera yang di
perebutkan tersebar di seluruh kota ,maka akan memakan waktu yang sangat lama
untuk mengumpulkanya . di tambah lagi para senior akan menghalangi usaha kami
jika kami tertangkap maka kami tak di perbolehkan lagi mengikuti game tersebut
. memang terasa melelahkan tapi tak kalah menyenagkan . hari sudah semakin
siang sedang kelompok kami hanya mendapat lima bendera dari seratus bendera
yang tersebar .semakin siang semakin berkuranglah anggota anak camp .kami mulai
menelusuri setiap gang kecil di sudut-sudut kota . kami pun mulai lapar ku beli
beberapa makanan untuk kelompok ku yang terdiri dari tujuh orang saja .’’
kalian laparkan , lihat apa yang ku bawa untuk kalian mari berteduh sambil menikmati
ini ‘’seluruh anak tersenyum melihat ku mereka berlari kearah di mana aku
berdiri sekarang . shabil tersenyum simpul seperti biasa sangat simpul hingga
menyerupai tali simpul yang benar-benar
simpul . benar, seperti itu lah pria ku yang hampir menyerupai patung porselin
di banding manusia . wajahnya yang pucat dan dingin itu bahkan membuatku
semakin terpesona olehnya , pria ku penyihir dingin yang berkarisma .ku
sodorkan beberapa makanan kecil padanya ku tatapnya lelak-lekat dan mulai
mengaguminya lagi,lagi dan lagi . kemeja polos berwarna biru muda membuatnya
terlihat semakin tampan saja . ‘’ makanlah sebelum kau mati kelaparan ...’’
kata ku dengan senyum ceria
Baru saja kami beristirahat kami
telah di kejutkan para senior yang datang untuk menagkap kami , semua anak
berhamburan melarikan diri tak terkecuali kami . kami berdua pun terpisah dari
kelompok kami sendiri ‘’ kemari ...bil ....’’ kata ku menarik tanganya yang
hangat sambil mengetuk pintu salah seorang warga dan meminta ijin masuk untuk
sekedar berlindung . awalnya ia hanya menurut
saja hingga ku dapati air mukanya berubah menjadi lebih pucat seperti
melihat sesuatu yang tak semestinya ‘’ felicia ...’’ panggilnya ,lalu ia keluar
dari rumah itu begitu saja tanpa satu kata pun yang memperjelas apa yang
membuatnya begitu . seorang ibu keluar dari ruang lain di rumah itu ‘’ kau
sedang berlindung nak .... ‘’sapanya dengan suara yang lembut membuat ku yang
berniat berlari mengejar shabil pun terhenti ‘’ di luar sedang gaduh mungkin
...para senior mu itu sudah mulai menelusuri tempat ini juga ‘’ katanya lagi
sambil mempersilahkan aku duduk di sofa tuanya yang sudah kusam . ‘’ boleh ku
pinjam beberapa sendok bu ... aku punya sedikit makanan jadi mari memakanya
bersama ‘’sesaat aku terlupa pada apa yang terjadi hingga ku dapati sebuah foto
di dinding ruang tamu yang sempit itu , ku perhatikan baik-baik karna kurasa
aku mengenal salah satu dari anggota keluarga yang berada di dalam foto itu ‘’
ya tuhan ... ‘’ kata ku menyadari siapa orang yang ada di foto itu tanpa sadar
sendok yang ku pegang pun terlepas dan jatuh begitu saja . ‘’ ohhh maaf bu ... ‘’
sang ibu hanya tersenyum pertanda tak ada masalah dengan itu . aku langsung
berpamitan dan berlari keluar dari rumah tua yang kecil itu ‘’siapa kau ,kenapa
kau keluar dari rumah ku ....?’’ seorang paman dengan botol minuman keras di
tanganya .aku tak menjawab hanya berlari meninggalkan tempat itu ,kuliahat di
sekitar tempat itu ‘’dimana shabil ?....semoga ia tak apa-apa sekarang ...
haduh betapa bodoh aku yang tak menyadari itu dari awal ‘’ gerutuh ku ,hingga
ku lihat pria malang itu berdiri tepat di sebelah rumah tua tadi sambil menatap
kearah dalam .tanpa pikir panjang aku berlari mendekat ‘’ shabil ....kau ...?’’
hati ku ikut runtuh melihatnya seperti itu .ia menghindari tatapan ku lalu
terduduk lemas matanya berair dan merah pipinya pun telah basah dan aku ,aku
bahkan tak menyadari mengapa ia enggan memasuki rumah itu tadi ‘’ shabil aku
...aku ... ‘’ aku bahkan kikuk dan hampir tak dapat berkata –kata lagi .saat
itu tangisnya pun pecah ,pria itu ,priaku yang dingin dan tangguh kini
segalanya runtuh di sini ‘’ maaf kan aku , aku terlambat menyadarinya ..’’ kata
ku sambil memeluknya ia tak menjawab
hanya memegangi tangan ku .
Ingatatan ku melayang di kala kami
memulai hubungan ini dulu di saat ia mulai terbuka tentang dirinya dan
kehidupanya yang pilu ‘’ibu ku ia adalah wanita yang baik dan lembut ...meski
kami hidup serba kekurangan tapi dengan senyumnya yang hangatlah aku merasa
dapat menahanya sekali pun itu sangat menyedihkan ...ayah ku tak lebih dari
seorang bajingan yang memegang botol minimun setiap hari ....ia hanya dapat
merauk uang dari ibu dan memukul kami di bawah pengaruh alkoholnya .... adik ku
ia pria kecil yang selalu ceria meskipun tubuhnya penuh dengan luka ... saat
malam sering ku lihat ibu tardiam dengan matanya yang sayu dan lelah ...tapi
tak sekalipun ia menunjukan air matanya pada kami ..... ayah bilang jangan
pernah percaya pada polisi atau hukum negri ini ....karna mereka hanya pembual saja
,setiap kali ia pulang di tengah malam dalam kondisi mabuk itu lah yang ia
katakan ...suatu hari aku merasa muak pada tingkah dan perangainya yang buruk
...ku tantang ayah ku dengan tatapan yang menyala ,saat itu aku masih terlalu
lemah hingga berulang kali ia dapat melempar tubuh ku ketanah dengan mudahnya
... saat itu tubuh ku di penuhi luka dan memar ....dengan tubuh yang demikian
aku merangkak keluar dengan susah payah ....aku bersumpah tak akan masuk ke
tempat menyedihkan itu .... saat itu aku tak terpikir oleh ibu dan adik yang
selalu menunggu ku ... aku mulai merindukan mereka ... pernah suatu hari ku
beranikan diri untuk datang meski hanya sekali ,tapi kaki ku serasa tertahan di
tempat .... rasa benci ku terhadap ayah ku menghilangkan kerinduan itu dengan
segera ....dan luka yang ku dapatkan darinya dari waktu kewaktu mengikis
segalanya hingga aku memutuskan untuk hidup sendiri dengan kedua tangan dan
kaki ku sendiri ... selama itu pula aku tak lagi mengingat seperti apa rasanya
senyuman ... bahkan senyuman paling simpul sekali pun tak pernah menghiasi
bibir ku hingga ku temukan kau dengan perhatian serta ketulusan yang membuat
jantung ku berdetak .... saat itu pula aku mulai memaafkan diri ku yang tak
lebih dari seorang pengecut untuk mulai menerima kebaikan dari gadis seperti mu
.... tak sehari pun aku membenarkan tindakan egois ku yang meninggal kan ibu
dan adik ku .... hanya saja aku masih tak dapat membawa mereka bersama ku
sekarang ...sedang kau tau aku hanya penjaga sebuah perpustakaan sekarang
....’’ ia berbicara dengan mata penuh dendam
saat itu . pada awalnya ku pikir ia anak dari seorang penjaga
perpustakaan mengingat saat itu ia masih sangat muda untuk bekerja . ia hanya diam saja sepanjang hari ....ia
adalah seorang anak yang begitu dingin tapi itu lah yang membuat anak gadis di
kota ini sering mengunjungi perpustakaan hanya untuk sekedar melihat wajahnya
yang tampan .masih sangat tampan meski tanpa senyuman di wajahnya . di mejanya
sering di banjiri hadiah dan surat cinta ,tapi tak satu pun di sentuh olehnya .
saat petang ia mulai membersihkan tempat itu sendirian dan di saat seperti
itulah aku biasa mengunjungi tempat itu .mengingat ayah ku adalah pemilik
perpustakaan itu jadi aku boleh datang kapan pun aku suka . pada awalnya aku
terpesona oleh wajahnya tapi muak dengan tingkah dinginya .semakin hari kami
semakin sering bertemu dan menjadi dekat satu sama lain . aku pernah begitu
membeci orang itu hingga ke ubun-ubun hingga ku dapati ia tertidur di koridor
sekolah ‘’lihat betapa manis ia saat ia teridur seperti itu ... tak ada wajah
yang dingin selain wajah damainya yang terlelap dalam tidur siang nya . tak
sekali pun ia bicara manis hanya sepatah dua patah kata yang menyakitkan .
smakin di perhatikan aku mengerti ia hanya berusaha menghindari orang-orang di
sekitarnya ia hanya benci hal-hal rumit . ku rasa aku melihat diri ku yang dulu
yang selalu menyalahkan keadaan . maklum kedua orang tua ku selalu sibuk dengan
urusan mereka sendiri tanpa menganggap
keberadaan ku .hingga akhirnya mereka bercerai tanpa mempertimbangkan
apa yang akan terjadi pada ku . ke egoisan mereka membuat ku menjadi seperti
shabil saat itu . karna aku tau ia memiliki dendam terhadap orang tuanya
sepertiku jadi aku tau bagaimana harus bersikap padanya .
‘’prrrriiittttt...’’
peluit panjang di tiup pertanda pertandingan telah berahir hal itu pula yang
membangkitkan aku dari ingatan masa lalu ku .shabil masih terdiam sambil
terduduk dengan tatapan kosongnya ku tarik tanganya ‘’ aahhhh .... pertandingan
berahir ... kurasa kita kalah lagi tahun ini .... mari berdiri dan pulang saja
‘’ia menoleh ke arah ku sambil tersenyum dengan senyum simpulnya yang kecil ‘’
haruskah ...?’’ katanya sambil mengacak-acak poni ku .ia tahu pasti peraturan
permainan tak demikian kami harus berkumpul dan menyelesaikan game berikutnya
setidaknya kami harus menginap selama seminggu di camp .kami menelusuri jalan
sambil bergandeng tangan , siapa peduli...... lagi pula kami memang sudah
berkencan . mungkin seluruh gadis di kota ini akan patah hati dan benar setiap
orang di jalan yang kami lalui menatap kami seperti itu . terutama para gadis
yang menggandrungi shabil , mereka semua terlihat kesal melihat pria yang
mereka sukai menggandeng seorang gadis di sampingnya . seorang gadis yang tak
cukup pintar dan terkenal seperti dirinya hanya seorang gadis yang di sukainya
saja tak lebih dan tak kurang dari itu .’’aahhhhh.....betapa nyamanya bisa
berjalan bersama orang yang kita suka ‘’ kataku sambil mempererat
pegangannya dan seperti biasa ia hanya
menatap lalu tersenyum tipis ‘’emmmhhhh apa hanya seperti itu .... ‘’ keluh ku
yang merasa tak puas dengan reaksinya barusan ‘’ahh....ha..hahaaa...’’ akhirnya
ia tertawa karna aku terus menggodanya ‘’ itu melegakan , kau tau ...?’’ ia menoleh sambil menghentikan
langkahnya ‘’apanya..?’’ terlihat ia
mulai menatap ku serius ‘’ yang barusan itu .... trimakasih dan untuk sebelumya
lagi aku Karya : nganthi tri kemuning